Jumat, 30 Desember 2011

Toegoe Pal Putih Ngayogjokarto


Tugu Yogjakarta merupakan landmark dari Kota Yogyakarta yang paling terkenal. Monumen tersebut berada tepat di tengah perempatan Jalan Pangeran Mangkubumi, Jalan Jendral Soedirman, Jalan A.M Sangaji dan Jalan Diponegoro. Tugu Jogja yang berusia hampir 3 abad memiliki makna yang dalam sekaligus menyimpan beberapa rekaman sejarah kota Yogyakarta.

Tugu Yogjakarta kira-kira didirikan setahun setelah Kraton Yogyakarta berdiri. Pada saat awal berdirinya, bangunan ini secara tegas menggambarkan Manunggaling Kawula Gusti, semangat persatuan rakyat dan penguasa untuk melawan penjajahan. Semangat persatuan atau yang disebut golong gilig itu tergambar jelas pada bangunan tugu, tiangnya berbentuk gilig (silinder) dan puncaknya berbentuk golong (bulat), sehingga disebut Tugu Golong-Gilig.




Secara rinci, bangunan Tugu Jogja saat awal dibangun berbentuk tiang silinder yang mengerucut ke atas. Bagian dasarnya berupa pagar yang melingkar sementara bagian puncaknya berbentuk bulat. Ketinggian bangunan tugu pada awalnya mencapai 25 meter.

Semuanya berubah pada tanggal 10 Juni 1867. Gempa yang mengguncang Yogyakarta saat itu membuat bangunan tugu runtuh. Bisa dikatakan, saat tugu runtuh ini merupakan keadaan transisi, sebelum makna persatuan benar-benar tak tercermin pada bangunan tugu.

Keadaan benar-benar berubah pada tahun 1889, saat pemerintah Belanda merenovasi bangunan tugu. Tugu dibuat dengan bentuk persegi dengan tiap sisi dihiasi semacam prasasti yang menunjukkan siapa saja yang terlibat dalam renovasi itu. Bagian puncak tugu tak lagi bulat, tetapi berbentuk kerucut yang runcing. Ketinggian bangunan juga menjadi lebih rendah, hanya setinggi 15 meter atau 10 meter lebih rendah dari bangunan semula. Sejak saat itu, tugu ini disebut juga sebagai De Witt Paal atau Tugu Pal Putih.

Perombakan bangunan itu sebenarnya merupakan taktik Belanda untuk mengikis persatuan antara rakyat dan raja. Namun, melihat perjuangan rakyat dan raja di Yogyakarta yang berlangsung sesudahnya, bisa diketahui bahwa upaya itu tidak berhasil.

Pasca gempa itu, bentuk asli Tugu memang telah berganti. Jadi dari nilai filosofis memang sudah tidak ada lagi Tugu asli. Yang ada hanya secara kosmologis letak titik fokus Tugu yang masih tetap dipertahankan seperti sejarah sebelumnya.

Menurutnya, bangunan Tugu asli secara sejarah budaya adalah melambangkan hubungan manusia dengan Tuhan. Yakni mengarah lurus ke atas. Tugu tersebut dibangun guna melengkapi arsitektur Keraton Yogyakarta yang terdiri atas beberapa komponen seperti alun-alun, masjid, pasar, sungai dan lainnya.

"Secara fungsional, dulu Tugu diterapkan sebagai sebuah titik konsentrasi. Dan kini fungsi tersebut memang masih bisa diterapkan, hanya saja maknanya sudah tidak sedalam dulu lagi. Dimana sampai saat ini Tugu itu dipertahankan karena merupakan salah satu ikon dari Yogyakarta.


Atas dasar itu pula, untuk mengingatkan kembali kepada masyarakat akan nilai filosofis dan sejarah Tugu yang asli, pemerintah propinsi DIY atas usulan dari Gubernur DIY Sri Sultan Hamengkubuwono X akan membangun replika Tugu asli berupa Golong Gilig di area sekitar Tugu.



Sumber text: http://kusumanugraha.blogspot.com/2011/02/sejarah-tugu-yogyakarta.html
Picture 1:by ahmad
Picture 2:http://kusumanugraha.blogspot.com/2011/02/sejarah-tugu-yogyakarta.html

Minggu, 25 Desember 2011

My Life, My Adventure : Pesona Tersembunyi Curug Silangit…





Ahad, 25 Desember 2011…

Pagi ini di buka oleh rintik air hujan di sekitar rumah, para member blusuk’ers sibuk saling berkirim pesan singkat menanyakan kepastian rencana kami untuk blusukan. Setelah menunggu beberapa jenak, akhirnya berkumpul lah kami berempat untuk bersiap2 mengarungi perjalanan hari ini,,tujuan hari ini, CURUG SILANGIT. Bagi pembaca yang belum pernah mendengar nama itu, mungkin akan bertanya – tanya, di mana dan apa itu curug silangit. Curug merupakan nama lain dari air terjun, sedangkan silangit adalah nama yang diberikan oleh masyarakat sekitar untuk air terjun yang berada di dusun jaketro, kecamatan kali gesing, kabupaten purworejo itu. Berjarak kurang lebih 45 km arah barat daya kota Yogyakarta, kami pun menyiapkan bekal secukupnya, motor+bensin dan perlengkapan, jas hujan untuk berjaga2 jika cuaca hujan, serta tidak ketinggalan kamera, untuk mengabadikan momen.

Jam tujuh lebih beberapa menit, motor kami mulai melaju meninggalkan kampong base camp blusuk’ers, melewati Jl. Dongkelan, menyusuri rute Jl. Bantul-Bugisan-patang puluhan, hingga memasuki ruas Jl. Godean. Ketika memasuki ruas Jl. Godean KM 4, persiapan kami mulai terlihat berguna, gerimis mulai turun, menemani kami menyusuri sepanjang jalan godean, kenteng, hingga mendaki perbukitan menoreh. Perjalanan sepanjang perbukitan menoreh merupakan sebuah rute perjalanan yang sungguh mengasyikkan, kelak – kelok jalan pegunungan, di kanan- kiri di suguhi hamparan hijau sawah dan perbukitan menoreh yang tertutup kabut tipis, membuat jarak dan jalan mendaki tidak begitu terasa melelahkan. Saat memasuki kawasan hutan pinus di daerah Girimulyo, Kulon Progo, hujan mengguyur semakin deras, sempat kami bertanya kepada seorang penduduk lokal, mengenai arah menuju curug silangit. Setelah menuruni perbukitan menoreh di kawasan kali gesing, dengan di bumbui aroma durian yang memang menjadi komoditi andalan daerah itu, akhirnya sampailah kami pada papan penunjuk arah menuju Curug Silangit.

Perjalanan berikutnya melalui gang selebar 2 meter dengan kondisi kombinasi beton dan susunan batu kali, menjadi semakin menantang karena jalanan licin akibat guyuran hujan. Jalan yang terus mendaki membuat kami memacu motor dengan semangat, di bumbui rintik hujan sehingga membuat kami lupa untuk memperhatikan rambu2 sekitar. Dengan PeDe, kami memacu motor terus naik ke atas, tapi pada akhirnya yang kami dapat bukan lah air terjun, melainkan jalanan yang terputus dan berganti menjadi tanah lumpur nan licin, dengan perasaan sedikit malu dan kecewa, mungkin juga sedikit tergelitik, kami pun turun menuju daerah perkampungan penduduk. Ternyata oh ternyata, di ujung gang sebelum jalan menanjak, ada rambu tempat parkir curug dan rambu kea rah curug yang menunjuk ke kiri. Kami pun tertawa terbahak di buatnya. Hahahahahaaa…

Setelah memarkir motor, mulaila perjalanan setapak demi setapak kami, melewati 49 rintangan dan 99 cobaan….hehehee..

Perjalanan 1,5 km terakhir sungguh menguras energy, dengan jalan setapak berbatu, menanjak, licin karena habis di guyur hujan, hingga di beberapa ruas kami sempat terpeleset…..

Namun, setimpal dengan beratnya medan, perlahan dan amat pelan, sedikit demi sedikit kami mulai melihat rentetan air terjun. O iya, curug silangit ini merupakan curug yang special, karena tipikal nya merupakan curug dengan beberapa tingkat, dan di sekitar aliran curug tersebut terdapat beberapa curug yang lain, serta kedung atau kolam air.

Melihat curug yang pertama, lega rasanya, segera kami keluarkan kamera..di bawah naungan atap gazebo yang terbuat dari ijuk, kami ambil beberapa gambar, sambil beristirahat. Setelah cukup istirahat, perjalanan kami lanjutkan, kali ini medan jalan lebih berat dari sebelumnya, tanjakan semakin terjal, membuat nafas semakin tersengal, tapi tak membuat hati kami menjadi kesal, justru semakin penasaran kami di buatnya….

Setelah berjalan beberapa meter, terlihat lah sebuah curug yang di bawahnya terdapat sebuah kedung yang sedang di pakai untuk berenang, mungkin penduduk lokal. Perjalanan terus berlanjut, karena cuaca yang tidak mendukung, kami tidak dapat mengambil gambar terlalu banyak … :-(( …

Perjalanan kami terhenti di puncak sebuah curug, (curug ketiga dalam hitungan saya), karena kami lihat tidak ada jalan lagi ke depan. Tapi,, teman kami tetap berkeyakinan masih ada satu curug lagi di depan, curug yang lebih besar, ntah dari mana dia dapat keyakinan itu…Akhirnya kami teruskan perjalanan, kali ini menyusuri sungai berbatu dengan arus sedang di beberapa titik, yang membuat kami harus berhati – hati kalau tidak ingin terpeleset.
Setelah mengikuti kata hati teman kami, sampai lah kami di tempat yang sungguh tidak di sangka – sangka,,,sebuah curug bertingkat setinggi kurang lebih 20 meter, dengan debit air melimpah,,sungguh sebuah pesona yang tak terduga di balik serangkaian perjalanan melewati tempat yang seolah tidak mungkin akan di temui air terjun seindah itu…Subhanallah..

Kami nikmati sejenak tempat itu,,ambil beberapa gambar dengan segala keterbatasan yang ada, karena saat itu cuaca masih hujan. Lepas menikmati si curug silangit, kami putuskan untuk balik kanan, pulang.
Kembali kami melewati jalanan terjal menuju parkiran, mengambil motor dan helm kami, membenarkan letak barang bawaan kami, dan….meluncur pulang..

Tak lupa kami mampir untuk membeli oleh2 khas kali gesing,,duriaannn…

Tidak tanggung-tanggung,, kami beli dari sebuah rumah di pinggir jalan,, 7 butir buah durian,,dengan aroma harum semerbak, di tambah salah seorang teman kami membeli sekantong besar buah rambutan, dengan harga ekonomis, 3 ribu rupiah. O iya, untuk pembaca yang ingin membeli buah durian di daerah kali gesing, kami sarankan untuk membeli buah langsung ke rumah2 warga, karena hampir seluruh warga kali gesing mempunyai pohon durian. Harga per butir berkisar antara 10 – 15 ribu untuk ukuran sedang.
Akhirnya,,setelah lengkap barang bawaan kami, segeralah kami meluncur menuju base camp kami kembali. Tepat pukul 15.15, dengan selamat sentosa, dan dengan mengucap syukur Alhamdulillah,,akhirnya kami tim blusuk’ers selamat sampai base camp….

Next Trip by tim blusuk’ers : tunggu tanggal mainnya…hehehe...

Sabtu, 05 Februari 2011

tour d' stgh merapi (part 2)



setelah memutuskan untuk turun gunung,,,

mulai lah perjalanan down hill kami. jalur yang kami pilih adalah melewati pinggiran sawah, sambil menikmati belaian udara segar yang sangat jarang kami temui sehari-hari.....



perjalanan melewati sawah dan semak belukar membuat kami sedikit kerepotan. dengan jalanan yang sempit (0,5 m) dan di kanan kiri penuh semak dan pepohonan, membuat beberapa kawan merasa gatal (termasuk saya..hehehe),,mungkin karena semut atau apalah binatang yang ada di daun dan dahan pohon..

perjalanan kami sedikit menemui aral tatkala di jalan yang sempit itu ada sebuah motor berkeronjot yang parkir di tengah jalan. Alhasil,,beberapa teman memutuskan untuk mengangkat sepedanya untuk melewati motor itu,,sedangkan saya,memilih untuk "mlipir" di pinggir sawah..hehehe...



lepas dari persawahan,,sampailah kami ke jalan yang sebenarnya,,tepatnya,kami menembus jakal km 12,,di sekitar perumahan pamungkas. kami potong jalur di situ karena target kami selanjutnya adalah mampir ke SOTO HOLLYWOOD..hehehe

saatnya makaaaannn....

2..3..sendok berayun...
makanan pun sampai ke dalam perut...

nah,,perang urat syaraf dimulai...gak ada yang mau beranjak dari tempat duduknya,,takut kalo yang pertama kali berdiri di suruh untuk "mbayari"...termasuk Mr. 11M (agus joko) pun ndak mau,,dasar!!!!

4..5...menit berlalu...
akhirnya kami punya solusi...

berdirinya bareng2 aja....
trus bayar sendiri-sendiri...


perut sudah terisi,,,saatnya kami nggowes lagi.....
masih dengan medan yang menurun,,sehingga tenaga tidak terlalu banyak dikeluarkan...

akhirnya,,sampai di per3an pasar gentan,,kami pun harus berpisah,,saya mengambil jalur dalam,,karena mau mampir dulu ke tempet teman...

sekian dulu kisah kami ber-8...

semoga petualangan kami masih bisa berlanjut...

salam gowessss...

wassalamu'alaikum..

Minggu, 30 Januari 2011

Jenderal Itu Bernama Acub Zainal

SPESIAL: Kebangkitan Sepakbola Papua Diawali Perjuangan Acub Zainal


Mantan gelandang Perkesa 78 Nico Ramandey mengatakan Acub Zainal adalah sosok jenderal berbintang satu yang mampu membangkitkan semangat anak-anak Papua mencintai Republik Indonesia.

“Saya selalu membayangkan anak-anak kulit hitam berlarian dan memegang bendera Merah Putih seperti orang kulit hitam di Amerika Serikat,” papar Ramandey mengingatkan pesan almarhum Acub Zainal kepada GOAL.com Indonesia di Jayapura, Sabtu (29/1).

Dia menambahkan, karena itulah beliau sangat menentang diskriminasi terhadap sesama manusia termasuk orang Papua di dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Hasil karya almarhum Acub Zainal adalah melahirkan bintang-bintang sepakbola di Papua. Dia lah yang pertama kali memugar Stadion Mandala hingga tampak mentereng seperti sekarang ini. Namun sejak saat itu tidak ada lagi upaya membangun stadion baru terkecuali stadion

Kompetisi antarsekolah dasar pun dia gagas hingga perebutan Piala Acub Zainal antarkabupaten di Provinsi Irian Jaya sebutan Papua waktu itu. Bagi mantan pemain Persipura, Acub selalu mendorong kemajuan sepakbola dan memberikan spirit saat Persipura bertanding di dalam liga Perserikatan.

Inilah salah satu pesan dalam tulisan tangan almarhum Acub Zainal yang disimpan anak-anak Persipura era Hengki Heipon (kapten tim pada 1968-1977):

Kalau ada manusia yang paling bangga pada saat ini, karena Persipura masuk final adalah saya. Saya sangat bangga atas hasil gemilang yang telah dicapai oleh putra-putri Irianku. Meski saya kini bukan apa-apa dan tidak berada di Irian lagi. Tetapi hatiku selalu berada padamu semua. Cita-citaku keinginanku ialah Persipura (putra-putri Irian Jaya) jadi juara Indonesia. Semoga impianku impianmu semua akan menjadi kenyataan, ialah pada tanggal 19 April 1976 Persipura mengalahkan Persija dengan disaksikan oleh ribuan penonton di Senayan dan didengar oleh jutaan rakyat Indonesia. Tuhan bersamamu putra-putri Irian Jaya, Amien, amien, amien.

Hengki Heipon, sekadar beberapa nasihat dari saya untuk mu dan pemain-pemain Persipura lainnya ialah:

  1. Jangan mau mengalah kepada putusan wasit yang nyata-nyata merugikan kesebelasan kita.
  2. Bermain dengan penuh keyakinan bahwa Persipura akan menang. Permainan dengan semangat tinggi kalau perlu mati di lapangan. Jangan emosi, jangan kena pancing oleh macam-macam taktik dan tingkah laku kotor dan buruk lawanmu. Sekali lagi jangan emosi.
  3. Jaga ketat Risdianto, Andi Lala, Iswadi Idris (tugaskan orangnya siapa saja). Lapangan tengah jangan kosong (kuasai). Jangan beri kesempatan pemain Persija menembak ke gawang kita. Sapu bersih tiap pemain Persija yang berani membawa bola di muka garis penalti. Sekali lagi jangan emosi.
  4. Tiap kesempatan yang ada apalagi dekat dengan penalti lawan shoot tendang langsung ke gawang lawan (15-20 meter) Yafet Sibi, Johanes Auri, Timo Kapisa dan lain-lain. Sesungguhnya kiper Persija tidak begitu hebat. Apalagi bola rendah. Hati-hati jebakan offside sistem mereka. Bola harus selalu di kaki kita operkanlah cepat ke kawanmu. Harus berani tabrakan (body touch). Main keras tetapi bukan kasar, sekali lagi jangan emosi. Serangan dilakukan dari arah kelemahan musuh (kiri-kanan atau tengah, dari pertahanan musuh yang lemah).
Setiap pemain Persipura harus yakin bahwa sekarang kesempatan untuk menjadi juara Indonesia. Tiap pemain Persipura harus bermain semaksimal mungkin.

Hengki Heipon, selamat berjuang. Kau dan teman-temanmu pasti menang.

Sampaikan pertanyaan saya kepada seluruh pemain Persipura sebelum meninggalkan asrama menuju lapangan. Siapa yang akan menang Persipura atau Persija? Jawablah yang keras.




*) dikutip dari situs goal.com..
http://www.goal.com/id-ID/news/2279/editorial/2011/01/30/2329581/spesial-kebangkitan-sepakbola-papua-diawali-perjuangan-acub

tour d' stgh merapi...... (part 1)


sabtu, 29 januari 2011.....

hobi baru tapi lama kembali ku jalani,,pit2an. bersama teman satu perjuangan di kampus tercinta, teknik mesin ugm.
kami mengambil jalur untuk menaiki punggung gunung merapi melewati jalur termudah dan terdekat ( dari rumah..hehe),,tapi tetap saja aku yang paling jauh.

kuberangkatkan diriku jam 4.55 dari rumah di krapyak. melewati jalanan yang masih lengang, ditemani hembusan angin yang sungguh sangat menyegarkan, ku susuri jalanan kota jogja, menuju meeting point yang telah disepakati bersama sebelumnya.

alun2 selatan, masih cukup lengang dan gelap saat itu. jalan malioboro, disuguhi pemandangan para pedagang kaki lima yang sibuk menyiapkan dagangannya..

05.45, meeting point, (p4an kentungan)

suasana pagi jogja mulai terasa, teman2 ternyata sudah menungguku sedari setengah jam sebelumnya...hehehe..

sejenak beristirahat, kami pun mulai beranjak dari meeting point dan memulai pendakian.
jakal KM 10,,,,
EEeeee.....ssssssttttt....ada yang menarik perhatian kami....dan kunto pun beraksi,,,mulai memberi nilai ....(nilaine piro kun???)

jalanan masih cukup menarik untuk kami susuri,,jakal km12 kami lewati,,
sampai di p3an pamungkas,,,pemberhentian pertama,,heryoga mulai mengeluhkan kondisi sepedanya,,dan imad pun keluar sebagai pahlawan,,,"tukeran sepeda ma aku her"...OOoooo...so sweeetttt

jalan lagi........

Eeeeee.....baru 200m,,,,imad pun sudah merasa tergopoh2...gantian sepeda lagi deh..kali ini giliranku ....

ternyata sepedanya heri memang spesial,,,,300 m rasanya udah kaya 5 km....
awang beraksi...kali ini agak jauh...sampe depan smp 1 pakem...

pemberhentian kedua.....

rapat sejenak,,antara naik ato mau turun....
akhirnya kami putuskan untuk foto2 sejenak kemudian turun....


sekian dulu part 1,,dilanjut nanti lagi deh....