Kamis, 12 November 2009





indosiar.com, Bekasi - Sekolah gratis buat kaum dhuafa biasanya pengap dan kumuh. Tapi coba tengok TK Batutis Al Ilmi. Sekolah di kawasan Pondok Pekayon Indah, Bekasi ini, nampak asri dan nyaman. Padahal sekolah ini gratis bagi siswa dari keluarga tak mampu.

Saat berdiri tahun 2005 silam, Batutis, singkatan dari Baca Tulis Gratis, berlokasi di garasi rumah Siska Y Massardi, sang pendiri. Mulanya Batutis cuma sekedar menampung anak-anak miskin yang tidak sekolah karena keterbatasan biaya. Namun melihat antusiasme warga, Batutis semakin berkembang.

Berbekal semangat berbagi dan keinginan tulus, Siska dan sang suami, Yudhistira Massardi, nekad mengembangkan sekolah. Padahal ia tidak memiliki ijasah pendidikan guru. Cuma bermodalkan buku bacaan, pelatihan singkat dari Yayasan Al Falah, dan keinginan kuat menjadi guru, Batutis berkembang dengan pesat.

Kini Batutis memiliki 65 siswa, tingkat TK dan SD hingga kelas dua, serta 13 tenaga pengajar. Walaupun gratis, namun Batutis menerapkan sistem belajar sentra, seperti sekolah swasta bertarif mahal, yang menekankan pembelajaran individu. Anak-anak belajar diruang terbuka dan para guru tidak diperbolehkan marah, melarang, ataupun menghukum.

Berkat bantuan para donatur, Batutis kini memiliki ruangan dua lantai, diatas tanah yang sewanya digratiskan sang pemilik.

Diakui sang pendiri, tak mudah mengajar anak-anak dari keluarga tak mampu yang kerap dilatari kekerasan dalam keluarga. Namun, melihat para siswa semakin berkembang dan terdidik, membuat pengorbanan itu terasa tidak sia-sia dan sangat berharga.(Astrid Farma Putri dan Tarwin Nasution/Ijs)


Rabu, 11 November 2009

Patut di tunggu!!

Solusi untuk Negeri

Tak dapat di pungkiri dan telah menjadi rahasia umum, bahwa penyediaan energi di Indonesia sedang mengalami masalah yang serius. Di berbagai kota di Indonesia, kerap kali mengalami pemadaman bergilir, alasannya pun bermacam-macam, mulai dari beban puncak yang melebihi kapasitas sampai karena terjadinya gangguan pada gardu - gardu listrik.

Masalah ini mau tidak mau harus segera di dapatkan solusinya, kalau tidak mau keberlangsungan kehidupan masyarakat di Indonesia terganggu. Untuk masalah ini, berbagai solusi sudah sering di angkat ke permukaan oleh berbagai insan yang ahli di bidang energi. Salah satu solusi yang di paparkan adalah penggunaan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PTLN). Namun belum - belum, solusi ini sudah menimbulkan pro kontra dari banyak pihak. Ada yang mendukung, tapi tak sedikit juga yang kontra dengan solusi ini.

Nah, sebelum kita mengaspirasikan komentar kita tentang PLTN, ada baiknya kita mencermati terlebih dahulu apa sebenarnya PLTN itu. Di bawah ini sekelumit pemaparan tentang PLTN yang saya ambil dari website nya BATAN (http://www.batan.go.id/mediakita/current/mediakita.php?group=Advertorial&artikel=adv1).

Prinsip kerja PLTN, pada dasarnya sama dengan pembangkit listrik konvensional, yaitu ; air diuapkan di dalam suatu ketel melalui pembakaran. Uap yang dihasilkan dialirkan ke turbin yang akan bergerak apabila ada tekanan uap. Perputaran turbin digunakan untuk menggerakkan generator, sehingga menghasilkan tenaga listrik. Perbedaannya pada pembangkit listrik konvensional bahan bakar untuk menghasilkan panas menggunakan bahan bakar fosil seperti ; batubara, minyak dan gas. Dampak dari pembakaran bahan bakar fosil ini, akan mengeluarkan karbon dioksida (CO2), sulfur dioksida (SO2) dan nitrogen oksida (Nox), serta debu yang mengandung logam berat. Sisa pembakaran tersebut akan ter-emisikan ke udara dan berpotensi mencemari lingkungan hidup, yang bisa menimbulkan hujan asam dan peningkatan suhu global. Sedangkan pada PLTN panas yang digunakan untuk menghasilkan uap yang sama, dihasilkan dari reaksi pembelahan inti bahan fisil (uranium) dalam reactor nuklir. Sebagai pemindah panas biasa digunakan air yang disirkulasikan secara terus menerus selama PLTN beroperasi. Proses pembangkit yang menggunakan bahan bakar uranium ini tidak melepaskan partikel seperti CO2, SO2, atau NOx, juga tidak mengeluarkan asap atau debu yang mengandung logam berat yang dilepas ke lingkungan. Oleh karena itu PLTN merupakan pembangkit listrik yang ramah lingkungan. Limbah radioaktif yang dihasilkan dari pengoperasian PLTN, adalah berupa elemen bakar bekas dalam bentuk padat. Elemen bakar bekas ini untuk sementara bisa disimpan di lokasi PLTN, sebelum dilakukan penyimpanan secara lestari.

Keselamatan terpasang : Keselamatan terpasang dirancang berdasarkan sifat-sifat alamiah air dan uranium. Bila suhu dalam teras reaktor naik, jumlah neutron yang tidak tertangkap maupun yang tidak mengalami proses perlambatan akan bertambah, sehingga reaksi pembelahan berkurang. Akibatnya panas yang dihasilkan juga berkurang. Sifat ini akan menjamin bahwa teras reactor tidak akan rusak walaupun system kendali gagal beroperasi.

Penghalang ganda : PLTN mempunyai sistim pengamanan yang ketat dan berlapis-lapis, sehingga kemungkinan terjadi kecelakaan maupun akibat yang ditimbulkan sangat kecil. Sebagai contoh, zat radioaktif yang dihasilkan selama reaksi pembelahan inti uranium sebagian besar (> 99 %) akan tetap tersimpan di dalam matriks bahan bakar, yang berfungsi sebagai penghalang pertama. Selama operasi maupun jika terjadi kecelakaan, selongsong bahan bakar, akan berperan sebagai penghalang kedua untuk mencegah terlepasnya zat radioaktif tersebut keluar kelongsong. Kalau zat radioaktif masih dapat keluar dari dalam kelongsong, masih ada penghalang ketiga yaitu sistim pendingin. Lepas dari sistim pendingin, masih ada penghalang keempat berupa bejana tekan terbuat dari baja dengan tebal + 20 cm. Penghalang kelima adalah perisai beton dengan tebal 1,5 - 2 m. Bila saja zat radioaktif itu masih ada yang lolos dari perisai beton, masih ada penghalang keenam, yaitu sistim pengungkung yang terdiri dari pelat baja setebal + 7 cm dan beton setebal 1,5 - 2 m yang kedap udara.

Pertahanan berlapis : Disain keselamatan suatu PLTN menganut falsafah pertahanan berlapis (defence in depth). Pertahanan berlapis ini meliputi : Lapisan keselamatan pertama , PLTN dirancang, dibangun dan dioperasikan sesuai dengan ketentuan yang sangat ketat, mutu yang tinggi dan teknologi mutakhir. Lapis keselamatan kedua PLTN dilengkapi dengan sistim pengamanan/keselamatan yang digunakan untuk mencegah dan mengatasi akibat-akibat dari kecelakaan yang mungkin dapat terjadi selama umur PLTN. Keselamatan ketiga , PLTN dilengkapi dengan sistim pengamanan tambahan, yang dapat diandalkan untuk dapat mengatasi kecelakaan hipotesis, atau kecelakaan terparah yang diperkirakan dapat terjadi pada suatu PLTN. Namun kecelakaan tersebut kemungkinannya tidak akan pernah terjadi selama umur PLTN.

Limbah Radioaktif : Selama operasi PLTN, pencemaran yang disebabkan oleh zat radioaktif terhadap lingkungan dapat dikatakan tidak ada. Air laut atau sungai yang dipergunakan untuk membawa panas dari kondensor sama sekali tidak mengandung zat radioaktif, karena tidak bercampur dengan air pendingin yang bersirkulasi di dalam reactor. Sedangkan gas radioaktif yang dapat keluar dari sistim reactor tetap terkungkung di dalam sistim pengungkung PLTN dan sudah melalui sistim ventilasi dengan filter yang berlapis-lapis. Gas yang dilepas melalui cerobong aktivitasnya sangat kecil (sekitar 2 milicurie/tahun) sehingga tidak menimbulkan dampak terhadap lingkungan.

Senin, 09 November 2009

Maju Terus Garuda Muda Indonesia!!!!

Sabtu, 7 November 2009....

Indonesia U-19 0-1 Singapura U-19

Hasil pertandingan yang memunculkan berbagai komentar dari penggemar sepak bola di seantero Nusantara...ada yang memuji..tak sedikit pula yang mencaci....well,,apapun itu,,mereka berhak mengeluarkan pendapat mereka masing - masing.
Menurut hemat saya, pertandingan yang di gelar di stadion si jalak harupat itu, baru permulaan. bukan pada tempatnya jika kita langsung men-judgement mereka (timnas u-19-red) sebagai program yang gagal. Ada beberapa alasan yang mendasari pendapat ini.
Pertama, timnas u-19 kita pada dasarnya adalah timnas u-17 yang di promosikan mengikuti kualifikasi piala asia u-19,,jadi wajar jika mereka masih "sedikit" kalah kelas di banding kontestan laen, pada pertandingan kemaren, 3 pemain yang diturunkan sejak kick off masih berusia 16 tahun, sementara sisanya baru menginjak 17 tahun.
Kedua, timnas u-19 belum terbiasa bermain dengan atmosfer stadion di Indonesia. Sewaktu mereka bermain di Quinta Division uruguay, mereka bermain lepas tanpa beban, karena tidak ada tekanan dari atmosfer suporter di sisi stadion.well, wajar jika beberapa pemain masih sering salah passing atau pun out of position.
Pada akhirnya, kita harus tetap objektif dan optimis dalam menilai garuda - garuda muda kita, agar nantinya mereka dapat terbang setinggi mungkin dan mengibarkan merah-putih di puncak sepakbola dunia...semoga...

Maju Terus Garuda Muda Indonesia..!!!!
Masih Ada Hari Esok Yang Akan Kau Hiasi Dengan Tawa Kemenangan....